Senin, 08 Agustus 2011

Surga Menurut Mereka

Ada sebuah sajak pendek, pengarangnya anak SD yang namanya tak kuingat lagi, dulu pernah kubaca di majalah anak-anak, dan sajak itu beberapa waktu lalu pernah terdengar lagi dari mulut seorang anak remaja dengan redaksi yang berbeda tapi ada kemiripan kata-kata. Kira-kira begini bunyinya :

Apa itu Surga
Kata Mama, “Surga itu indah”
Lalu kutanya, “Adakah gunung dan pantai di sana?”
Kata Mama, “Di sana semua ada, pemandangan indah yang tak bisa terlukiskan”
Kutanya lagi, “Adakah roti keju dan susu coklat kegemaranku?”
Kata Mama, “Semuanya ada. Tuhan menyediakan segalanya di surga”
Dan aku bertanya lagi, “Kalau begitu, bolehkah aku sekarang pergi kesana, duhai Mama?”
Tiba-tiba mama menangis seraya memelukku
Kutanya pada mama, “Kenapa mama menangis?”
Mama menatapku lekat-lekat sambil berurai air mata
Lalu mama berucap, “Jangan sekarang, yah sayang… Jangan tinggalkan mama”
Aku bingung, Apa itu surga
Susi, anak remaja itu, yang juga memiliki sebuah blog pribadi, sebelum menutupkan mata selamanya, ia bercerita bahwa sajak pendek itu ia bacakan di depan orang tuanya. Terbayang sedihnya, hati ortu Susi pasti amat berduka, di kala membacakan itu, Susi kan sudah terkapar di rumah sakit, selalu terapi pengobatan karena kanker yang diidapnya. Dan pasti semua orang tua akan menitikkan air mata kalau anaknya membaca sajak tersebut dengan penuh penghayatan. Kesucian jiwa anak-anak mengantarkan kesederhanaan berpikir dalam menggapai impiannya.
Saking menggambarkan kenyamanan dan bahagianya kata “surga”, setiap orang bisa punya sudut pandang masing-masing saat melukiskan maknanya. Misalkan abah Cecep yang tukang becak, tetanggaku di bandung dahulu, beliau bilang, “Wah, kalau abah tiap hari kan nyetir becak, mungkin kalau pas bisa nyetir sedan mewah, berasa kayak di surga yah…hehe”, candanya. Ada-ada saja, si abah.
Lain lagi pikiran Mang Udin yang kerja di proyek bangunan, selalu kerja keras dari subuh sampai menjelang malam. Sampai-sampai Mang Udin pernah nyeletuk, “Haduh, Saya mah gak ada hari libur, susah ngambil cuti kayak yang kerja kantoran. Kalau Mang Udin ini cuti seharian, bisa tidur seharian sambil maen sama anak-anak, terus tidur lagi dan makan enak, wah, ibaratnya sedang berada di surga dong yah…”. Semua yang mendengar jadi tersenyum.
Bagi para ibu, merawat, mendidik anak-anak dan kebersamaan jalan perjuangan dengan suami adalah upaya merajut jalan ke surga-Nya. Bagi para suami, mengemban amanah sebagai imam dalam keluarga, melihat senyum ceria istri dan anak-anak adalah merintis keridhoan-Nya menuju kenyamanan surga. Sedangkan bagi anak-anak, serasa di surga jika bisa bermain dengan ayah-ibu yang komplet setiap hari, bisa mengerjakan apa pun yang disukai, atau berlibur sepuasnya tanpa diganggu Pe-Er atau tugas lain dari sekolah, dll.
Lain pula para politikus dan atau penguasa di kursi-kursi empuk, nampaknya surga diartikan sebagai posisi atau kedudukan, kalau menang setelah pemilu ‘bagaikan’ masuk ke pintu surga, semua jalan terasa mudah, sanak family bersuka cita, ikutan bahagia diajak jalan-jalan gratis melanglang buana, diistimewakan dalam pelayanan apa pun juga, meskipun menyadari dana yang dipakai adalah uang rakyat hasil ngutang dari badan keuangan dunia. Astaghfirrulloh…
Ada seorang saudari sholihat yang bercerita tentang teman baiknya, ibu Inah. Ketika di telepon ibu Inah bilang, “Saya tinggal di surga lho, jeng…”
“Lho…koq begitu, maksudnya gimana nih jeng…?”, tanya temannya.
Bu Inah berceloteh, “Iya…tiap subuh selalu dibangunkan adzan subuh, yang adzan suami saya sendiri atau anak-anak. Rumah kami sekarang menempel langsung dengan masjid, lho jeng… bertetangga dengan keluarga penjaga masjidnya, terasa kayak di surga toh jeng? Hehehe…”
Sang teman sangat terharu dan merasa memperoleh hikmah-Nya, Alhamdulillah, betapa bersyukurnya bu Inah, kalian taukah bahwa rumah mereka hanya sepetak ruang berukuran kira-kira 3 X 4 meter saja? Lagi pula, ruang kos-an itu berstatus mengontrak. Dengan ruangan kecil itu, bu Inah merasa bahagia ibarat sudah tinggal di surga sebab setiap waktu sholat wajib, mereka sekeluarga bisa on-time sholat berjama’ah. Subhanalloh. Sedangkan bagi orang lain, mungkin suara adzan dianggap pengganggu tidur.
”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman [55] : 13)
Ustadz Sofyan yang merupakan dosenku pernah mengatakan bahwa seseorang ditempatkan di surga ataukah neraka kelak adalah keputusan atau kehendak-Nya, siapa yang dilimpahi pertolongan-Nya, ampunan serta keridhoan Allah ta’ala maka surga tempat persinggahan akhirnya. Sedangkan siapa yang dikehendaki-Nya untuk menerima adzab, maka persinggahan akhir adalah neraka. Dan orang-orang beriman melalui jalan terjal di dunia untuk mengecap kebahagiaan di akhirat, perjalanan susah, dilanda sakit, diuji dengan beragam cobaan hidup sehingga tak terpikir untuk bertanya tentang surga, yang ada dalam benak kaum mukmin adalah memohon petunjuk-Nya, keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dengan sanad hasan)
Ya Allah, Yaa Rahman Yaa Rahiim, Jadikanlah kami termasuk golongan orang yang senantiasa ingat kepada-Mu, selalu mensyukuri nikmat-Mu dan selalu meningkatkan kualitas beribadah kepada-Mu, serta selalu memperoleh ampunan-Mu, amiin. Wallohu ‘alam bisshowab.

Sumber : eramuslim.com Share

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 KIRAYA and Powered by Blogger.